Sabtu, 17 April 2010

PACARAN KRISTEN

Tidak heran bahwa untuk mencapai tujuan yang agung, orang-orang Kristen bergaul dan berpacaran secara berbeda dengan orang-orang non-Kristen. Pacaran bagi orang Kristen ditandai dengan:
1. Proses Peralihan dari “Subjective Love” ke “Objective Love.”
“Subjective love” sebenarnya tidak berbeda daripada manipulative love yaitu “kasih dan pemberian yang diberikan untuk memanipulir orang yang menerima”. Pemberian yang dipaksakan sesuai dengan kemauan dan tugas dari si pemberi dan tidak memperhitungkan akan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh si penerima. Sesuai dengan “sinful nature”nya setiap anak kecil telah belajar mengembangkan “subjective love”. Dan “subjective love” ini tidak dapat menjadi dasar pernikahan. Pacaran adalah saat yang tepat untuk mematikan sinful nature tsb, dan mengubah kecenderungan “subjective love” menjadi “objective love”. Yaitu memberi sesuai dengan apa yang baik yang betul-betul dibutuhkan si penerima.
2. Proses Peralihan dari “Envious Love” ke “Jealous Love.”
“Envious” sering diterjemahkan sama dengan “jealous” yaitu cemburu. Padahal “envious” mempunyai pengertian yang berbeda. “Envious” adalah kecemburuan yang negatif yang ingin mengambil dan merebut apa yang tidak menjadi haknya. Sedangkan “jealous” adalah kecemburuan yang positif yang menuntut apa yang memang menjadi hak dan miliknya. Tidak heran, kalau Alkitab sering menyaksikan Allah sebagai Allah yang “jealous”, yang cemburu (misal: 20:5). Israel milik-Nya umat tebusan-Nya. Kalau Israel menyembah berhala atau lebih mempercayai bangsa-bangsa kafir sebagai pelindungnya, Allah cemburu dan akan merebut Israel kembali kepada-Nya.
Begitu pula dengan pergaulan pemuda-pemudi. Pacaran muda-mudi Kristen harus ditandai dengan “jealous love”. Mereka tidak boleh menuntut “sesuatu” yang bukan atau belum menjadi haknya (seperti: hubungan seksuil, wewenang mengatur kehidupannya, dsb). Tetapi mereka harus menuntut apa yang memang menjadi haknya, seperti kesempatan untuk dialog, pelayanan ibadah pada Allah dalam Tuhan Yesus, dsb.
3. Proses Peralihan dari “Romantic Love” ke “Real Love.”
“Romantic love” adalah kasih yang tidak realistis, kasih dalam alam mimpi yang didasarkan pada pengertian yang keliru bahwa “kehidupan ini manis semata-mata”. Muda-mudi yang berpacaran biasanya terjerat pada “romantic love”. Mereka semata-mata menikmati hidup sepuas-puasnya tanpa coba mempertanyakan realitanya, misal:
• apakah kata-kata dan janji-janjinya dapat dipercaya?
• apakah dia memang orang yang begitu sabar, “caring”, penuh tanggung jawab seperti yang selama ini ditampilkan?
• apakah realita hidup akan seperti ini terus (penuh cumbu-rayu, rekreasi, jalan-jalan, cari hiburan)?
Pacaran adalah persiapan pernikahan, oleh karena itu pacaran Kristen tidak mengenal “dimabuk cinta”. Pacaran Kristen boleh dinikmati tetapi harus berpegang pada hal-hal yang realistis.
4. Proses Peralihan dari “Activity Center” ke “Dialog Center.”
Pacaran dari orang-orang non-Kristen hampir selalu “activity- center”. Isi dan pusat dari pacaran tidak lain daripada aktivitas (nonton, jalan-jalan, duduk berdampingan, cari tempat rekreasi, dsb.), sehingga pacaran 10 tahun pun tetap merupakan 2 pribadi yang saling tidak mengenal. Sedangkan pacaran orang-orang Kristen berbeda. Sekali lagi orang-orang Kristen juga boleh berekreasi dsb, tetapi “center”nya (isi dan pusatnya) bukan pada rekreasi itu sendiri, tapi pada dialog yaitu interaksi antara dua pribadi secara utuh (Martin Buber, “I and Thou”, by Walter Kauffmann, Charles Scribner’s Sons, NY: 1970), sehingga hasilnya suatu pengenalan yang benar dan mendalam.
5. Proses Peralihan dari “Sexual Oriented” ke “Personal Oriented.”
Pacaran orang Kristen bukanlah saat untuk melatih dan melampiaskan kebutuhan seksuil. Orientasi dari kedua insan tsb, bukanlah pada hal-hal seksuil, tapi sekali lagi (seperti telah disebutkan dalam no. 4) pada pengenalan pribadi yang mendalam.
Jadi, masa pacaran tidak lain daripada masa persiapan pernikahan. Oleh karena itu pengenalan pribadi yang mendalam adalah “keharusan”. Melalui dialog, kita akan mengenal beberapa hal yang sangat primer sebagai dasar pertimbangan apakah pacaran akan diteruskan atau putus sampai disini.
Beberapa hal yang primer tsb, antara lain:
a. Imannya.
Apakah sebagai orang Kristen dia betul-betul sudah dilahirkan kembali (Yoh 3:3), mempunyai rasa takut akan Tuhan (Amsal 1:7) lebih daripada ketakutannya pada manusia, sehingga di tempat- tempat yang tersembunyi dari mata manusia sekalipun ia tetap takut berbuat dosa. Apakah ia mempunyai kehausan akan kebenaran Allah dan menjunjung tinggi hal-hal rohani?
b. Kematangan Pribadinya.
Apakah ia dapat menyelesaikan konflik-konflik dalam hidupnya dengan cara yang baik? Dapat bergaul dan menghormati orang-orang tua? Apakah ia menghargai pendapat orang lain?
c. Temperamennya.
Apakah ia dapat menerima dan memberi kasih secara sehat? Dapat menempatkan diri dalam lingkungan yang baru bahkan sanggup membina komunikasi dengan mereka? Apakah emosinya cukup stabil?
d. Tanggung-jawabnya.
Apakah dia secara konsisten dapat menunjukkan tanggung-jawabnya, baik dalam studi, pekerjaan, uang, seks, dsb.?
Kegagalan dialog akan menutup kemungkinan mengenali hal-hal yang primer di atas. Dan pacaran 10 tahun sekalipun belum mempersiapkan mereka memasuki phase pernikahan.
Kegagalan dalam dialog biasanya ditandai dengan pemikiran- pemikiran:
1. Saya takut bertengkar dengan dia, takut menanyakan hal-hal yang dia tidak sukai.
2. Setiap kali bertemu kami selalu mencari acara keluar … atau kami ingin selalu bercumbuan saja.
3. Saya rasa “dia akan meninggalkan saya” kalau saya menuntut kebenaran yang saya yakini. Saya takut ditinggalkan.
4. Saya tidak keberatan atas kebiasaannya, wataknya bahkan jalan pikirannya asalkan dia tetap mencintai saya, ds

Kamis, 08 April 2010

BAPAK PENTAKOSTA CHARLES FOX PARHAM

Pada kedatangan Tuhan yang kedua gereja akan terlihat memiliki kuasa yang sama di miliki oleh para Rasul dan gereja mula- mula. Kristen harus diperlihatkan dan semangat pentakosta dapat menjadi kekuatan bagi gereja- gereja zaman sekarang. Kisah ini bermuala dari Charles Fox Parham menyerahkan hidupnya demi pemulihan kebenaran dan baptisan Roh Kudus bagi gereja. Empat puluh tahun pertama dari abad ke dua puluh dengan penuh kuasa di lawat oleh berita Pentakosta dari orang ini yang mengubah kehidupan ribuan orang di seluruh dunia. Beliau seorang penginjil yang kuat dalam membayar harga di dalam hidupnya dari serangan fitnah dan aniaya seumur hidup seperti yang dialaminya. Namun semuanya menguatkan tekadnya yang telah bulat dan imannya yang memiliki tujuan pasti.

A. Asal Mula Charles F Parham
Charles F Parham lahir pada tanggal 4 juni 1873 di Muscatine dari orang tuanya William dam Ann Maria Parham, setelah kelahirannya mereka pindah ke selatan, Cheney, Kansas. Mereka benar- benar hidup sebagai orang amerika dan menganggap diri mereka sebagai perintis. Meski Parham memiliki empat saudara laki-laki namun ia sedih karena ibu yang dicintainya meninggal hal inilah yang membuat Parham kecil menjadi patah semangat. Ketika ibunya mengucapkan selamat tinggal sebelum menghembuskan nafat terakhir, ia menatap Parham cilik dan berkata “ Charlie , baik-baik ya. “ Di sana dalam hadirat Tuhan dan ibunya yang sekarat, dia bernasar akan menemui ibunya di surga. Ketika Parham berumur Sembilan tahun di menderita rematik yang mengakibatkan peradangan dan waktu itu juga ia masuk sekolah pelayanan, ia sudah menyadari keberadaan Tuhan.
Dia mulai mempersiapkan diri bagi panggilan Tuhan dengan memburu bahan bacaan, walaupun Kansas belum modern dan juga perpustakaan yang lengkap namun ia sudah mampu mengoleksi beberapa buku sejarah selain Alkitab. Kegiatan sehari- harinya adalah bekerja di peternakan dan ia suka sekali berkhotbah di depan ternak-ternaknya. Khotbahnya sudah mencakup berbagai topic mulai surga sampai neraka.


B. Perjalanan Kehidupan Charles F Parham
Parham percaya bahwa pertobatan yang sungguh – sungguh harus terjadi dalam hati orang yang bertobat, namun ia merasa tidak pernah memiliki pengalaman emosi. Suatu ketika ia dalam perjalanan ia meragukan pertobatan namun ia di kuatkan perobatannya dengan menyanyikan sebuah lagu dan kemudian ia berkata, “ Ada seberkas sinar dari langit yang terangnya melebihi pancaran sinar matahari, bagaikan sambaran kilat sinar itu menembus dan menggetarkan setiap jaringan dalam diri saya. “ Lewat pertobatannya yang dramatis, Parham melayani sebagai guru sekolah minggu dan pekerja. Dia mengadakan kebaktian umum pertama pada usia tiga belas tahun dengan hasil yang nyata. Dengan berjalan waktu ia melihat banyak pelayanan tidak dihargai oleh umum, dan ia mulai mendengar bahwa pelayanan selalu dekat dengan kemiskinan. Apalagi ia teringat di masa kecilnya yang sering sakit-sakitan maka ia berfikir bidang kedokteran bisa menjadi pencarian yang baik, maka ia mulai kuliah di bidang kedokteran. Namun Parham terus teringat setiap kali mengingat janjianya menjadi misionaris dan tidak lama kemudian dia menderita demam rematik. Hanya satu kalimat yang mengutkan “MAUKAH ENGKAU BERKHOTBAH”. Hal inilah yang menjadikan ia sembuh dan diminta mengadakan kebaktian penginjilan.
Parham mengadakan kebaktian penginjilan yang pertama pada usia tiga belas tahun di gedung sekolah Pleasant dekat Tonganoxie Kansas. Pada malam pertama kebaktian banyak orang yang hadir namun hampir semuanya tidak berpartisipasi secara aktif. Di dalam sekolahnya terdapat seorang yang lebih kaya namanya Sarah Thistlewaite ia melihat Parham jauh berbeda dengan pengkhotbah kaya raya dan terpelajar yang di jumpainya di seluruh Kansas. Parham sangat tergantung kepada Roh Kudus. Dari persahabatan yang ada mulialah mereka bersatu untuk sebuah rencana dan tujuan.
Banyak tuduhan yang mengandung fitnah yang diarahkan kepada Parham dan dia khawatir akan menghancurkan pelayanannya. Suatu hati ia berdoa dengan kesungguhan mendengar suara “ Aku tidak memiliki reputasi “ dengan penguatan ayat- ayat Alkitab, Parham mentapkan tujuan dan dia memasuki lading penginjilan tanpa menjadi anggota denominasi namapun.
Saat mengadakan kebaktian di Kansas Parham menulis surat kepada Sarah Thislewaite dan mengajak menikah , akhirnya mereka menikah enam bulan setelah itu pada tanggal 31 Desember 1896 di rumah kakek Sarah.


C. Keluarga Charles F Parham
Lahirlah seorang anak yang keluarga muda Charles yang bernama Claude namun kebahgiaan itu itu tak berlangsung lama karena Parham menderita sakit jantung, kian hari ia makin lemah. Parham dipanggil untuk menyembuhkan seorang yang sakit ia datang ke tempatnya, ketika sedang mendoakan firman Tuhan “ Tabib sembuhkan dirimu akhirnya kuasa Tuhan menjamah dan menyembuhkan Parham. Lalu ia pulang membuah semua obat anaknya dan bernasar bahwa dia tidak akan opernah mempercayai apapun kecuali firman Tuhan. Claude sembuh dari demamnya dan bertumbuh menjadi anak yang sehat. Parham hidup pada zaman ketika pada umumnya para dokter menentang berita injil. Namun Parham lebih mentransferkan pewahyuan yang ia terima kepada keluarganya untuk percaya penuh kepada Tuhan dan tidak mengizinkan adanya segala obat .
Setelah putranya sembuh ia menerima satu kabar yang menghancurkan hatinya dalam satu minggu dua sahabatnya meninggal . Parham memindahkan keluarganya ke Ottawa Kansas di sana untuk pertama kalinya di amengadakan kebaktian kesembuhan ilahi. Selama kebaktian berlangsung dia berani menyerukan semua kebenaran Firman. Banyak kesembuhan yang terjadi, kebenaran kesembuhan Ilahi ini jarang di dapati di dalam gereja masa itu. Parham sadar kesembuhan sama dengan seperti keselamatan. Sejak itu aniaya dan fitnah semakin mengganas menimpa dirinya. Kemudian muncul satu pemikiran yang revolusioner dalam dirinya. Dia akan menyedikan sebuah rumah tempat perlindungan bagi mereka yang memerlukan kesembuhan.
Keluarga Parham di karuniai putri November 1898 yang bernama Easther Marie. Waktu itu itu Parham membukan wisma kesembuhan Ilahi di Topeka Kansas. Yang bernama “Bethel”. Setiapa harinya di tempat tersebut di adakan kebaktian di kapel dan firman Tuhan di ajarkan dengan penuh kuasa. Bethel juga menawarkan kelas- kelas khusus bagu hamba Tuhan dan penginjil untuk mempersipakan dan melatih mereka dalam pelayanan. Tempat ini juga mencarikan keluarga- keluarga Kristen bagi anak Yatim piatu dan pekerjaan bagi yang mengganggur.
Buletin Parham “ The Apostolic Faith “ yang terbit dua minggu sekali awalnya di tarik biaya bagi pembacanya namun akhirnya hanya diberikan saja, dalam bulletin ini banyak kesaksian yang luar bisa tentang kesembuhan ilahi maupun khotbah yang disampaikan di Bethel. Banyak mujizat terjadi untuk mencukupi kebutuhan wisma Bethel. Semakin bertambahnya orang sehingga mereka mendirikan rumah pendeta. Akhinya Parham menyerahkan wisma tersebut kepada dua hamba Tuhan yang hidup dalam kekudusan. Parham mulai menilik pelayanan- pelayanan lainnya.
Karena kesuksesan besar yang di raihnya banyak desakan – desakan untuk membangun sekolah Alkitab. Oktober 1900 parham mendapatkan sebuah gedung yang dindah di Topeka Kansas, dan menjadikannya sekolah Alkitab yang bernama “Stone’s Folly” perencanaannya sungguh indah dan hampir kehabisan uang. Ketika Stone’s Folly di resmikan seorang pria mendapatkan penglihatan berupa “ telaga yang luas dengan air yang segar yang hampir meluap dan isinya cukup untuk memuaskan semua orang yang kehausan. Sekolah Alkitab ini mengambil orang – orang yang mau meninggalkan rumahnya dan iman yang mencukupkan kebutuhan mereka. Saat kebaktian berlangsung seorang mahasiswa Parham. Agnes Ozman mendekati Parham dan memintanya menumpangkan tangan agar mendapatkan Baptisan Roh Kudus, walaupun ragu Parham menumpangkan Tangan. Kemudian Ozman bersaksi bahwa ia menerima sebagian kata- kata yang sama ketika berada di Prayer Tower. Ternyata setelah penumpangan tangan ia penuh dengan kuasa Allah.
Januari 1901 Parham berkhotbah di sebuah gereja dan ia berbagi kejadian yang ada di Stone’s Follly. Parham mengerti betul dan mendengar panggilan Tuhan bagi dunia ini. Dia harus memberitkan kebenaran pencurahan yang penuh kuat kuasa ini kemana pun di pergi. Hal ini mengakibatkan Stone’s Folly diserbu banyak orang untuk melihat fenomena yang ada. Dan surat- surat kabar melapaorkan berita utama yang bertuliskan “Pentakosta- pentakosta “ . 21 Januari 1901 Parham menyampaikan khotbah pertama khusus mengenai baptisan Roh Kudus dengan bukti berbicara dalam bahasa- bahasa lain. Ada beberapa pelaksanaan yang berlainna mengenai bahasa Lidah yang di bicarakan dalam Alkitab. Pertama, bahasa lidah dapat bermanifestasi melalui bahasa adikodrati yang bisa dpahami orang dari bangsa lain ( KIs PR 2:8-11), Kedua, karunia bahasa lidah dapat diucapkan oleh seseorang di muka umum kemudian diikuti penafsiran terhadap bahasa tersebut dan membangun kepada pendengarnya. Akhirnya berdoa dalam Roh akan mendatangkan keberanian. Kekutan, tujuan dan bimbingan dalam hidup seorang percaya.
Kemudian ada sebuah tragedi yang menimpa Parham, dimana anak bungsunya meninggal pada tanggal 16 Maret 1901, keluarga ini sangat berduka cita. Kesedihan mereka bertambah ketika orang – orang memusuhi keluarga Parham menuduh bahwa Parham dan istrinya ikut andil dalam kematian putra mereka. Dari kejadian ini Parham tetap bersikap lembut dan lebih menyala-nyala melayani Kristus keseluruh dunia
Pada musim gugur 1901 tanpa di duga- duga sekolah yang di Topeka di jual Parham untuk digunakan bagi kepentingan duniawi. Sebelum di jual Parham memesan kepada pemiliknya untuk tidak menggukan untuk kepentingan duniawi namun pembeli mengabaikannya sampai terdapat kabar kabar bahwa gedung tersebut terbakar. Di tahun sama Parham menerbitkan buku pertamanya yang berjudul Avoice Krying In The Wilderness buku ini berisi khotbah tentang keselamatan, kesembuhan dan pengudusan. Banyak hamba Tuhan yang mempelajarinya dan menggunakan buku ini sebagai dasar pelayanan.


D. Khotbah yang Luar biasa Charles F Parham
Musim gugur 1903 keluarga Parham pindah ke Galena Kansas. Ia mendirikan tenda untuyk 2000 orang namun hal itu tak mampu menampungnya sehingga bertambah banyak orang yang ditampungnya. Banyak sekali orang membajiri Galena dari kota- kota sekitar ketika Roh Kudus memanifestasikan diriNya dengan penuh kuat kuasa, ratusan orang disembuhkan dan diselamatkan secara ajaib. Dua surat kabar Joplin Herald dan Cincinnati Iquirer menyatakan kebaktian Parham di Galena itu merupakan demontrasi yang paling luar bias akan kuasa dan mujizat sejak zaman para Rasul. Kebaktian Parham selalu sangat menarik. Dia dikenal karena kasihnya yang begitu besar pada Tanah Suci dan selalu mengimplementasikan semua keyakinan Tanah suci ini dalam pengajarannya.
Tahun 1904 Parham pergi ke Orchard Texas untuk menangggapi beberapa orang percaya yang menghadiri kebaktiannnya di Kansas dan mendoakan sungguh –sungguh agar bisa datang ke Negara bagian mereka. Disitulah ia memdapat ILham untuk “hari Reli” yaitu mengadakan serangkaian kebaktian yang direncanakan secara jitu dan diadakan seluruh amerika. Dalam selesai kebaktian Parham dan rombongannya selalu mengadakan parade besar dan memakai baju tanah suci mereka. Kejadian yang tidak disangka- sangaka pekerja Parham di racun dalam sebuah kebaktian sehingga mereka sakit keras. Nyawa Parham sendiri terancam beberapa kali namun lolos. Kadang ia meras sakit namun saat berdoa ia merasakan kesembuhan itu terjadi dalam dirinya.
Tanpa berkecil hati dalam menanggapi aniaya Parham mengumumkan pembukaan sekolah Alkitab yang baru di Houston. Sekolah ini dibiayai melalui persembahan sukarela sama seperti sekolah Alkitab di Topeka. Sekolah – sekolah Parham tidak pernah bertujuan menjadikan seminari teologi, melainkan hanya merupakan pusat pelatihan di mana kebenaran- kebenara Tuhan diajarkan dengan cara yang paling praktis dengan doa sebagi unsur yang penting. Ada pertuaran pemerintah mengenai perbedaan kulit Putih dan kulit hitam tidak boleh bersekolah sama-sama. Lewat kerendahan hati dan rasa lapar akan firman Tuhan dalam diri Seymour begitu menggetarkan Parham sehingga memutuskan mengabaikan peraturan- peraturan yang ras saat itu.
Sesampai di sion juga Parham ditentang,ia tidak mendapatkan gedung untuk digunakan ibadah. Namun ia tidak kurang akal ia menyewa ruangan kamar dari satu kamar hingga tak maut menumpang orang dan berjalan dengan stabil. Kadang kadang Parham memimpin lima kali ibadah dalam waktu bersamaan. Akibat keteguhan hati Parham banyak hamba- hamba Tuhan di Sion yang penuh dengan kuasa Roh Kudus untuk memberitakan firman Tuhan dengan tanda- tanda heran.




E. Musuh terberat Charles F Parham
Musuh terberat dari Parham adalah Wilbur Voliva Jenderal Pengawas Sion, banyak desas- desus yang mengancau Parham namun Koran kemudian mnegkui bahwa beritanya hanya berdasrkan desas-desus dan departemen kepolisian Sion tidak tahu menhu tentang peristiwa tersebut..berjalan dengan waktu Parham memulihkan nama baiknya dan tidak akan meninggal kan kota tersebut . kegentaran Parham membawa semangat pelayananya makin berkorbar di Sion.
Skandal yang ada lebih memperkuat Parham ia mendirikan sekolah Alkitab yang bernama Christ For The Nations di Dallas. Texas, akhir tahun 1927 sahabat- sahabatnya mengumpukan dana supaya Parham dapat pergi ke Yerusalem. Perjalanna tersebut sangan mneyenangkan Parham. Sejak kembali ke New York dia selalu membawa slide dalam ibadahnya.


F. Akhir Hidup Charles F Parham.
Waktu natal 1929 Parham mau berencana untuk Khotbah keluarganya mengkhawatirkan keadaannya karena kesehattannya makin memburuk. Dan keluarganya mendengarkan kanbar bahwa Parham jatuh pingsan saat memperlihatkan slide-slide perjalannannya. Akhirnya Kebatian di batalkan dan Parham di pulangkan ke texas . ia tidak mau di obati namun ia meninta hanya ingin di doakan. Putra bungsunya keluar dari pekerjaannya pulang dan berdoa berpuasa di rumah kediaman ayahnya. Dan selanjutnya menyerahkan dirinya bagi pelayanana. Ternyatra putra-putra Parham meneruskan pelayanan penginjilan. Keesokan harinya 29 januari 1929 dalam usia lima puluh enam tahun Charles F Parham pulang kembali ke pangkuan Tuhan dan pemakamannya dihadiri oleh banyak orang dan dikenang pelayanannya.


Kesimpulan
Charles F Parman sudah meninggal namun hasil pelayananya dua juta orang sudah mengalami kelahiran baru secara langsung maupun tidak langsung. Lewat Parhamlah yang mempelopori kebenaran mengenai bahasa Lidah yang merupakan bukti dari Baptiusab Roh Kudus. Hidupnya merupakan contoh dari kekejaman aniaya dan konflik yang mengiringi para penggerak kebangunan Rohani Allah. Meskipun beberapa orang berusaha menghancurkannya, mereka tidak mampu menyentuh pilar kekuatan yang tertanam dalam rohnya ternyata sebuah panggilan Tuhan menguatkan perjalannya dan terus kepada tujuan. Tangisan Allah yang terdalam bagi kehidupan kita adalah supaya kita didapati untuk tetap setia dalam rencana Tuhan. Kesetiaaan akan sellau sanggup menghadapi konflik yang muncul menantangnya. Panggilan Tuhan kepada kita telah nyata, bila kita mempercayai Firman Tuhan dan mempercayai bahwa Dia menggenapi janjiNya kepada Anda di tengah berbagai konflik tetaplah setia.
Saat ini merupakan tantangan kita untu setia dalam panggilan Tuhan dan tunjukanlah kebenaran kepada dunia serta jangan srupa dengan dunia ini.