F. Aplikasi dan pengembangan bagi kehidupan Orang Percaya
Ada kebenaran alkitabiah yang lain yang memperjelas bahwa penggunaan obat-obat penenang dan yang merangsang halusinasi adalah berbahaya. Kita harus merawat tubuh kita agar dapat melayani Tuhan selama bertahun-tahun, dan obat-obat secara jasmani melemahkan tubuh. Juga, kita harus mengurus sumber keuangan yang diberikan Tuhan kepada kita, dan memakai uang kita untuk membeli obat-obat seperti itu sama sekali bukanlah penatalayanan yang baik. Lebih dari itu, banyak pemakai obat-obat terlarang melakukan kejahatan untuk membiayai kebiasaan mereka, dan kejahatan itu berkisar antara mencuri dari pecandu yang lain hingga membunuh orang yang tidak bersalah untuk memperoleh “barang haram” itu. Jadi, jauh melampaui dosa kemabukan atau pemakaian obat terlarang itu sendiri adalah menjurus kepada gaya hidup berbohong, mencuri dan membunuh. Singkatnya, pemakaian obat-obat terlarang merenggut kita dari “hidup yang sejati.” Dalam Amsal 4:23 berbicara “ Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” dan dalam Roma 12:2 juga mengatakan “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan apakah kehendak Tuhan: kehendakNya yang baik, yang berkenan dan yang sempurna”
Banyak pemakai obat-obat terlarang berkata bahwa mereka mencari kedamaian, sukacita dan “merasa melayang” yang diberikan oleh obat-obat itu. Betapa menyedihkan. Apa saja yang dikategorikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baik yang dapat dilakukan obat terlarang adalah sesuatu yang hanya dapat diberikan Tuhan, Bapa Surgawi kita, melalui Yesus Kristus. Tuhan merancang kita untuk menikmati hidup dan terlibat di dalamnya, dan yang disebutkan sebagai manfaat obat terlarang dan minuman keras adalah sesuatu yang sangat palsu. Pemakaian obat penenang dan mabuk adalah mementingkan diri sendiri dan berbahaya, dan kecanduan bukanlah suatu jalan keluar dari rasa sakit, justru itulah rasa sakit yang paling parah, seperti yang disaksikan dengan sedih oleh ribuan orang mantan pecandu. Sebaliknya, sebuah hubungan yang intim dengan Tuan Yesus memberikan kita segalanya itu, bahkan lebih. Jadi kita tidak perlu merasa kecewa dan mencari pemecahan palsu untuk perubahan keadaan mental. Kita akan begitu penuh dengan sukacita dan damai sejahtera sehingga apa saja yang mengubah itu adalah ”obat yang tidak benar.”
Beberapa hal yang perlu dilakukan orang percaya / gereja untuk menolong korban Narkoba:
1. Menerima korban Narkoba sebagai orang yang dewasa yang memiliki potensi yang positif
2. Memberikan kesempatan untuk bertanggung jawab, dimulai dari hal kecil.
3. Berikan kepercayaan
4. Kesembuhan adalah proses sehingga perlu pendampingan, dan perhatikan gejala- gejaga awal kecanduan
5. Membangun komunikasi (konseling) yang baik dan harmonis.
Hal – hal yang perlu di perhatikan orang percaya / gereja dalam menanggulangi penyalahgunakan narkoba :
1. Komunikasi. Milikilah komunikasi antara orang tua dan anak serta memberikan informasi mengenai narkoba dan akibatnya.
2. Dengarkan. Jadilah orang tua sebagai pendengar yang baik bagi keluhan- keluhan anak dengan sebayanya. Hal ini akan membantu untuk anak- anak tidak lari ke narkoba. Selanjutnya memberikan nasehat sesuai dengan Firman Tuhan
3. Jadilah contoh yang baik. Orang tua hendaknya menjadi teladan bagi anak – anaknya sehingga menjadi cermin masa depannya. Dengan kata lain hidup Rohani orang percaya berpengaruh dan membentuk karakter, sikap dan kebiasaan anak
4. Jagalah keharmonisan keluarga. Memperkuat hubungan keluarga dengan menyertakan Tuhan dalam kehidupan keluarga.
Sabtu, 07 Mei 2011
Memahami dan mengatasi Penyalahgunaan Narkoba pada remaja 4
D. Dampak penyalahgunaan Narkoba
Tingkatan penyalahgunaan biasanya sebagai berikut:
1. coba-coba
2. senang-senang
3. menggunakan pada saat atau keadaan tertentu
4. penyalahgunaan
5. ketergantungan
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
a. Dampak Fisik:
1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian
b. Dampak Psikis:
1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
2. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
c. Dampak Sosial:
1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.
E. Mengatasi penyalahgunaan narkoba
Sangat sulit untuk menangani ketergantungan narkoba dalam waktu singkat, jadi di perlukan penangan secar bersama- sama dalam sebuah tim yang terdiri dari medis( dokter/psikiater), psikolog, pemuka agama, pekerja social, perawat maupun anggota keluarga. Jadi dengan ini akan terjadi pemulihan dan kesembuhan yang maksimal.
1. Pengobatan Narkoba
- Pengobatan adiksi : biasanya orang – orang yang ketergantungan biasanya selalu merasa “ kehausan atau kelaparan” terhadap obat- obatan dan individu tak mampu menghentikan secar total. Jadi untuk menghilangkan racun dalam tubuh dengan detoksifikasi, detoxsifikasi adalah upaya untuk menatralisir seluruh racun dalam darah individu dengan cara meminum obat – obaran tertentu sampai keadaan netral.
- Pengobatan infeksi : ketergantungan narkoba dapat mengakibatkan infeksi dalam tubuh dan perlu pengobatan dokter, sambil individu mengikuti program – program rehabilitasi. Karena dalam rehabilitasi bertujuan untuk memperdayakan eks pecandu untuk memeiliki modal pengertian dan pemahaman diri sehingga dapat merasa siap mental –rohani untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan social.
2. Pencegahan penyalahgunaan narkoba
- Membangun kehidupan rohani. Salah satu cara paling efektif ialah memperkuat iman, individu sesuai dengan agama atau kepercayaan yang di anut di harapkan sungguh – sungguh menjalankan ajaran – ajaran dan perintah agama dengan baik. Jadi orang tua harus menjadi contoh terbaik juga sehingga anak- anaknya tidak terpengaruh dan menyalahgunakan narkoba.
- Program pelatihan keterampilan Psikososial. Dimana para pengerja social, dokter dan psikolog mengajar dan melatih keterampilan psikolog kepada para remaja agar dapat menanggulangi atau mencegah penyalahgunaan narkoba. diantaranya dengan :
• Pelatihan Asertivis : yaitu sikap untuk menyatakan sesuatu yang dipikirkan, dirasakan dan dialami diri sendiri apa adanyatanpa membuat orang lain merasa di khianati.
• Memberi bekal pengetahuan Narkoba dan akibatnya.
Tingkatan penyalahgunaan biasanya sebagai berikut:
1. coba-coba
2. senang-senang
3. menggunakan pada saat atau keadaan tertentu
4. penyalahgunaan
5. ketergantungan
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
a. Dampak Fisik:
1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian
b. Dampak Psikis:
1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
2. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
c. Dampak Sosial:
1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.
E. Mengatasi penyalahgunaan narkoba
Sangat sulit untuk menangani ketergantungan narkoba dalam waktu singkat, jadi di perlukan penangan secar bersama- sama dalam sebuah tim yang terdiri dari medis( dokter/psikiater), psikolog, pemuka agama, pekerja social, perawat maupun anggota keluarga. Jadi dengan ini akan terjadi pemulihan dan kesembuhan yang maksimal.
1. Pengobatan Narkoba
- Pengobatan adiksi : biasanya orang – orang yang ketergantungan biasanya selalu merasa “ kehausan atau kelaparan” terhadap obat- obatan dan individu tak mampu menghentikan secar total. Jadi untuk menghilangkan racun dalam tubuh dengan detoksifikasi, detoxsifikasi adalah upaya untuk menatralisir seluruh racun dalam darah individu dengan cara meminum obat – obaran tertentu sampai keadaan netral.
- Pengobatan infeksi : ketergantungan narkoba dapat mengakibatkan infeksi dalam tubuh dan perlu pengobatan dokter, sambil individu mengikuti program – program rehabilitasi. Karena dalam rehabilitasi bertujuan untuk memperdayakan eks pecandu untuk memeiliki modal pengertian dan pemahaman diri sehingga dapat merasa siap mental –rohani untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan social.
2. Pencegahan penyalahgunaan narkoba
- Membangun kehidupan rohani. Salah satu cara paling efektif ialah memperkuat iman, individu sesuai dengan agama atau kepercayaan yang di anut di harapkan sungguh – sungguh menjalankan ajaran – ajaran dan perintah agama dengan baik. Jadi orang tua harus menjadi contoh terbaik juga sehingga anak- anaknya tidak terpengaruh dan menyalahgunakan narkoba.
- Program pelatihan keterampilan Psikososial. Dimana para pengerja social, dokter dan psikolog mengajar dan melatih keterampilan psikolog kepada para remaja agar dapat menanggulangi atau mencegah penyalahgunaan narkoba. diantaranya dengan :
• Pelatihan Asertivis : yaitu sikap untuk menyatakan sesuatu yang dipikirkan, dirasakan dan dialami diri sendiri apa adanyatanpa membuat orang lain merasa di khianati.
• Memberi bekal pengetahuan Narkoba dan akibatnya.
Memahami dan mengatasi Penyalahgunaan Narkoba pada remaja 3
C. Contoh Narkoba.
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis Narkotika adalah :
• Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
• Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain:
• Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf pusat, seperti:
• Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis Narkotika adalah :
• Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
• Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain:
• Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf pusat, seperti:
• Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether
Memahami dan mengatasi Penyalahgunaan Narkoba pada remaja 2
B. Narkoba
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Beberapa alasan remaja menyalahgunakan narkoba, anrata lain :
1. Kepribadian yang belum matang
Remaja merupakan masa memasuki masa pencarian dan pembentukan identitas diri karrena belum mencapai kematangan. Kurangnya mengontrol emosi dan perilaku sehingga masih mudah untuk terjerumus masalah ini.
2. Keturunan
Faktor keturunan yang mempengaruhi pembawaan sifat- sifat fisik, maupun psikis sehingga mempengaruhi karateristik, kebiasaan dan kepribadian seseorang.
3. Kondisi kehidupan keluarga yang tidak stabil ( tidak harmonis )
Pembentukan dan pengembangan kepribadian remaja di pengaruh oleh keadaan orang tuanya ( harmonis atau tidak).
4. Kuatnya sindikat jaringan peredaran narkoba.
Pembedaan dari pengertian di bawah ini
a. Pengguna Obat ( drug user) : mereka menggunakan obat – obatan atau alcohol dengan tujuan memperoleh kesenangan, relaksasi, melepaskan kepenatan atau mengatasi rasa strees san cemas dalam hidupnya. Jadi mereka bukan pengguna tetapi menggunakan obat- obatan atau alcohol pada saat menghadapi masalah dalam hidupnya, tetapi dalam keseharian tidak menggunakannya. Jadi hanya sarana pelarian saja saat menghadapi masalh hidup.
b. Penylah guna obat ( drug abuser) : mereka ini memang punya masalah dengan obat- obatan atau alcohol secara fisik, mental, emosi maupun spiritual. Mereka menggunakan 2-3 hari sekali. Dalam kehidupan mereka pada umumnya diwarnai dengan rasa cemas, frustasi, marah, bingung, malu, meresa bersalah, kekerasan emosional maupun fisik, tindakan kasar terhadap anggota keluarga yang lain
c. Ketergantungan obat/ alcohol. Jadi mereka menggagap ketergantungan obat adalah gangguan atau penyakit individu yang
Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan. Walaupun usaha untuk menghentikan sudah digalakkan tetapi kasus-kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Beberapa alasan remaja menyalahgunakan narkoba, anrata lain :
1. Kepribadian yang belum matang
Remaja merupakan masa memasuki masa pencarian dan pembentukan identitas diri karrena belum mencapai kematangan. Kurangnya mengontrol emosi dan perilaku sehingga masih mudah untuk terjerumus masalah ini.
2. Keturunan
Faktor keturunan yang mempengaruhi pembawaan sifat- sifat fisik, maupun psikis sehingga mempengaruhi karateristik, kebiasaan dan kepribadian seseorang.
3. Kondisi kehidupan keluarga yang tidak stabil ( tidak harmonis )
Pembentukan dan pengembangan kepribadian remaja di pengaruh oleh keadaan orang tuanya ( harmonis atau tidak).
4. Kuatnya sindikat jaringan peredaran narkoba.
Pembedaan dari pengertian di bawah ini
a. Pengguna Obat ( drug user) : mereka menggunakan obat – obatan atau alcohol dengan tujuan memperoleh kesenangan, relaksasi, melepaskan kepenatan atau mengatasi rasa strees san cemas dalam hidupnya. Jadi mereka bukan pengguna tetapi menggunakan obat- obatan atau alcohol pada saat menghadapi masalah dalam hidupnya, tetapi dalam keseharian tidak menggunakannya. Jadi hanya sarana pelarian saja saat menghadapi masalh hidup.
b. Penylah guna obat ( drug abuser) : mereka ini memang punya masalah dengan obat- obatan atau alcohol secara fisik, mental, emosi maupun spiritual. Mereka menggunakan 2-3 hari sekali. Dalam kehidupan mereka pada umumnya diwarnai dengan rasa cemas, frustasi, marah, bingung, malu, meresa bersalah, kekerasan emosional maupun fisik, tindakan kasar terhadap anggota keluarga yang lain
c. Ketergantungan obat/ alcohol. Jadi mereka menggagap ketergantungan obat adalah gangguan atau penyakit individu yang
Memahami dan mengatasi Penyalahgunaan Narkoba pada remaja 1
A. Pendahuluan
Dalam sepuluh tahun terakhir ini berbagai media massa memberitahukan secara gencar tentang hal – hal yang berhubungan dengan narkoba, peredaran atau penyelundupan serta kematian yang di akibatkan oleh narkoba. Walaupun tidak semua remaja namun penyalahgunaannya jumlahnya semakin banyak. Penggunaan ini sangat membahayakan secara fisiologis, psikologis maupun spiritual dan ketergantungan terhadap narkoba bias jadi akan berlangsung sampai masa tua. Kalau di ketahui penyalahgunaan narkoba itu buruk namun sering kali individu tak mampu menolak ajakan, bujukan atau menghindar dari pengaruh dari social yang cenderung menjerumuskan. Untuk itu mari kita pelajari bersama mengenai memahami dan mengatasi penyalahgunaan Narkoba pada remaja :
1. Perkembangan remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak sampai dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja
a. Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motori. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif
b. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan. Adanya Personal fable, Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya”.
c. Perkembangan kepribadian dan sosial
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya.
2. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
Dalam sepuluh tahun terakhir ini berbagai media massa memberitahukan secara gencar tentang hal – hal yang berhubungan dengan narkoba, peredaran atau penyelundupan serta kematian yang di akibatkan oleh narkoba. Walaupun tidak semua remaja namun penyalahgunaannya jumlahnya semakin banyak. Penggunaan ini sangat membahayakan secara fisiologis, psikologis maupun spiritual dan ketergantungan terhadap narkoba bias jadi akan berlangsung sampai masa tua. Kalau di ketahui penyalahgunaan narkoba itu buruk namun sering kali individu tak mampu menolak ajakan, bujukan atau menghindar dari pengaruh dari social yang cenderung menjerumuskan. Untuk itu mari kita pelajari bersama mengenai memahami dan mengatasi penyalahgunaan Narkoba pada remaja :
1. Perkembangan remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak sampai dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja
a. Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motori. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif
b. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan. Adanya Personal fable, Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya”.
c. Perkembangan kepribadian dan sosial
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya.
2. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)