Kita tentu sudah mengetahui sifat-sifat tradisional Allah yang telah sering dikumandangkan melalui mimbar dan pelajaran agama. Akan tetapi, Dieter Becker mengingatkan ajaran tradisional tentang sifat-sifat Allah mengandung bahaya memberi bobot yang terlalu besar pada criteria yang tidak sesuai. Sifat-sifat Allah tidak boleh dibagi menurut pokok pandangan yang sekunder. Pada dasarnya susunan dasar hakikat Allah digambarkan sebagai “kudus” dan “kasih.” Kedua sifat tersebut bukanlah sifat yang senada dengan sifat-sifat yang lain. Keduanya bahkan tidak boleh dibagi-bagi, melainkan harus menjadi titik tolak suatu penggolongan yang sesuai.
Pembicaraan mengenai hakikat dan pembagian sifat-sifat Allah (ada juga yang menyebutnya sebagai atribut ilahi) ini memang bisa menghasilkan keragaman pendapat. Sebagian mengidentifikasikan kategori yang terpisah untuk mengidentifikasikan Pribadi Allah dengan mendaftarkan gambaran seperti spiritualitas, pribadi, imensitas dan kekekalan. Namun ada juga yang menolak pengkategorian atribut, seperti Charles Ryrie dan J. Oliver Buswell, Jr.
Nama-Nama Allah
Ada sekian nama, gelar atau gambaran tentang Allah dalam PL dan dari sekian banyak itu pada umumnya memakai tiga kata dasar utama el, elohim dan Yahweh/Yehovah. Sebenarnya Elohim adalah bentuk jamak dari El dan kedua istilah ini ternyata dapat dipakai secara bergantian (mis: Kel. 34:14; Mzm. 18:32; Ul. 32:17, 21). Elohim menekankan ketransendenan Allah di mana Ia melampaui semua yang lain yang dipanggil Allah.
Nama berikutnya, Yahweh, merupakan terjemahan kata Ibrani tetragammaton (ekspresi empat huruf) YHWH. Orang-orang Yahudi pada umumnya sangat menghormati nama ini sehingga dalam pengucapannya tidak berani menyebut nama YHWH dan menggantinya dengan kata adonai. Dengan nama Yahweh ini, Allah mengidentifikasikan diri-Nya dalam relasi pribadi-Nya dengan umat-Nya, Israel. Sedangkan adonai merupakan penekanan terhadap hubungan pelayan dan tuan (Kej. 24:9) mengungkapkan otoritas Tuhan sebagai yang berdaulat dalam pemerintahan-Nya dan kemutlakkan otoritas-Nya (Mzm. 8:2; Hos. 12:14).
Tuhan yang kita sembah adalah YESUS KRISTUS yang adalAh Tuhan yang maha Esa. Tuhan yang maha Esa itu menyatakan diri-Nya dalam tiga Pribadi (Bapa, Anak dan Roh Kudus) namun tetap Esa dari kekal sampai kekal yang disebut Allah Tri Tunggal, tiga Pribadi kekal itu dalm satu dan satu dalam tiga (Matius 28:19)
Allah Tri Tunggal masing-masing bekerja sesuai dengan bagian-Nya tetapi untuk satu tujuan satu kuasa dan keperluan bersama. Nama ketiga yang Esa itu adalah
1. ALLAH BAPA, Sang Pencipta, Penguasa dan Perancang dari alam semesta dan segala isinya. Nehemia 9:6
2. ALLAH ANAK, Firman yang telah menjadi manuisa dan menjadi sang juru selamat. Yohanes 1:14
3. ALLAH ROH KUDUS, Hadirat Tuhan yang bekerja sebagai pengajar, penolong, penghibur, sumber kekuatan urapan dan yang menguduskan gereja-Nya.
Nama Tuhan beserta sifat-sifat-Nya yang terdapat dalam Perjanjian Lama:
1. Jehovah Jireh = Tuhan yang mencukupkan. Kejadian 22:14, Mazmur 34:11
2. Jehovah Rapha = Tuhan yang menyembuhkan . Keluaran 15:26
3. Jehovah Nissi = Tuhan itu panji-panjiku. Kel 17:15
4. Jehovah Shalom = Tuhan damai sejahtera dan sukacita, Hakim 6:24, 1 Raja-raja 2:33
5. Jehovah Rohi = Tuhan adalah gembalaku Mazmur 23
6. Jehovah Tsikednu = Tuhan keadilan dan kebenaran, Yeremia 23:6, 33 : 6
7. Jehovah Shammah = Tuhan maha hadir, maha tahu, maha kuasa, Yehezkiel 48:35, Why 11:156-17
8. Jehovah M”kadesh = Tuhan yang menguduskan, Imamat 20:8.
9. Jehovah Sabaoth = Tuhan semesta Alam
Sifat Tuhan yang dinyatakan dalam perbuatan-Nya
1. Tuhan itu baik dan benar. Segala sesuatu pada mulanya dicipta-kan Tuhan itu baik adanya dan hal tersebut adalah suatu perluas-an dari sifat Tuhan sendiri. Tuhan itu baik secara khusus kepada umat-Nya di dalam kebenaran. Mazmur 145:18-20.
2. Tuhan itu kasih , ungkapan utama dari kasih-Nya adalah dengan mengutus anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus untuk mati dikayu salib dan menebus dosa orang yang berdosa. 1 Yohanes 4: 8-10.
3. Tuhan itu murah hati dan penyayang . seharusnya manusia itu dibinasakan oleh Tuhan, tetapi sebaliknya Dia menawarkan pengampunan sebagai karunia Cuma-Cuma untuk diterima melalui iman kepada Yesus Kristus . Mazmur 108:3, Kel 34:6, Ul.4:31.
4. Tuhan itu sabar , Tuhan sabar dengan memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk sadar dan bertobat. 2 Petrus 3:9, Kel,34:6 Bil.14:18.
5. Tuhan itu setia , Dia akan melaksanakan apa yang telah dinyatakan, dijanjikan dan peringatan dalam Firman-Nya. Ulangan 7:9, Mazmur 103:8
CIPTAAN ALLAH
Alam Semesta
Acuan yang paling sering dipakai dalam membicarakan penciptaan Allah adalah Kejadian 1. Pada pasal itu dijelaskan bagaimana Allah menciptakan dunia dan seisinya. Ada beberapa penafsiran yang cukup menarik perhatian seputar penciptaan menurut Alkitab, misalnya: yang pertama adalah penafsiran Origenes (185-254). Karena pengaruh dari Neo-Platonisme, ia menganggap Kejadian 1 hanya bersifat alegoris. Pendapat Origenes ini kemudian ditentang oleh penafsiran kedua, yang disuarakan oleh Tertullianus (120-225) yang menyatakan Kejadian 1 menyatakan karya Allah dalam menjadikan dan ini cocok dengan fakta yang ada.
Dalam perkembangannya kemudian muncullah pandangan modern tentang susunan alam semesta, yang dipelopori oleh Copernicus, Galilei dan Newton, menimbulkan cara penafsiran yang baru terhadap Kejadian 1. Lalu pada tahun 1682 Thomas Burnett menyimpulkan dunia yang pertama sudah dibinasakan oleh air bah pada zaman Nuh sesuai dengan 2 Petrus 3:6. Oleh sebab itu, dunia yang sekarang ini adalah dunia yang baru, yang sudah tidak sama lagi karena air bah meneybabkan permukaan bumi dan permukaan bintang-bintang berubah, kecuali bintang Jupiter. Kesuburan yang berlebihan dan umur manusia yang panjang pun menjadi berakhir karena poros bumi menjadi miring. Di sini dapat kita lihat bagaimana Burnett mencoba memberi tempat bagi bahan-bahan hasil penyelidikan geologi dalam penafsiran Alkitab.
Kemudian pada abad ke-18 muncul suatu teori yang disebut teori konkordansi. Teori ini mengajarkan bahwa ada konkordansi atau kesesuaian di antara cerita Alkitab tentang penjadian dengan tahapan-tahapan waktu di dalam geologi. Dalam perkembangannya kemudian, muncul penafsiran yang bersifat profetis-historis oleh J. H. Kutz. Namun karena persatnya perkembangan ilmu pengetahuan, maka sifat profetis ini pun lalu dilepaskan sehingga bahan-bahan Alkitab tidak lagi mendapat perhatian yang sewajarnya. Teori ini disebut juga teori ideal yang mengajarkan bahwa kita harus melepaskan arti harafiah dari Kejadian 1 dan mengambil “ide”nya saja. Jadi, dari uraian di atas kita bisa menyimpulkan bahwa semenjak ilmu pengetahuan berkembang, ada banyak usaha para teolog untuk menghadapi tantangan ilmu pengetahuan modern.
Alkitab sendiri selain di kitab Kejadian, juga menyaksikan tentang penciptaan alam semesta di bagian-bagian lain, seperti: Yesaya 40:22; Mazmur 24:2; 104:3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar