Rabu, 08 September 2010

"__Karakter Murid Kristus__"


ada beberapa hal yang menunjukkan bagaimana kita mempunyai karakter seperti murid Yesus dalam MATIUS 5 :1-9 di bawah ini adalah beberapa karakter dari Murid Kristus :
1. “Miskin di hadapan Allah” (Mat.5:3).
“Miskin” disini bukanlah secara material, melainkan secara spiritual, yaitu pengakuan
dengan rendah hati bahwa kita lemah, berdosa, tak berdaya, dan ingin bergantung dan berharap
kepada Tuhan secara total.
2. “Berdukacita” (Mat.5:4).
Kata “berdukacita” disini bukanlah kesedihan karena kehilangan sesuatu atau seseorang,
melainkan kesedihan yang erat hubungannya dengan kemiskinan rohani diatas. Mereka yang
berdukacita bukan saja berhubungan dengan pertobatan dari dosa pribadi, tetapi juga dengan
kedaaan sekitarnya.
3. “Lemah lembut” (Mat.5:5).
Lemah lembut tidak sama dengan lemah tak berdaya atau lemah lunglai; melainkan suatu sikap
penguasaan diri, tidak dendam, dan bermotivasi baik terhadap orang lain.
4. “Lapar dan haus akan kebenaran” (Mat.5:6).
Kebenaran disini mengandung 3 aspek: a/ aspek legal yaitu hubungan yang benar dengan Allah;
b/ aspek moral yaitu sikap dan perbuatan yang berkenan kepada Allah; dan c/ aspek sosial yaitu
yang berhubungan dengan sesama manusia, misalnya: isu-isu HAM, keadilan sosial dan hukum
di masyarakat, integritas dalam usaha/karier, dan isu-isu kehormatan keluarga.
Murid yang sungguh berbahagia dan diberkati adalah mereka yang benar-benar rindu dan
haus akan Allah Sendiri, bukan hanya mengharapkan berkat-berkat yang diberikanNya. Karena menjadi murid kristus sesungguhnya dalam pribadi Allah sendirilah terletak semua sumber yang akan memberikan kepuasan terhadap “kelaparan” dan “kehausan” manusia.
5. “Murah Hati” (Mat.5:7).
Kata “murah hati” disini berarti suatu kemampuan untuk “masuk ke dalam situasi”
(mengerti, simpati, empati = berbelas kasihan), kemudian “melakukan sesuatu” kebaikan.
“Murah hati” (mercy) tidak sama dengan “anugrah” (grace) walaupun sama-sama
berhubungan erat dengan ketidak-layakan. Murah hati memberikan kesembuhan, pertolongan,
kebaikan, semangat baru dan kesempatan untuk mencoba lagi. Anugrah memberikan
penghapusan dosa/ kesalahan, rehabilitasi, dan status yang baru. Anugrah hanya dimiliki dan
diberikan oleh Tuhan, murah hati bisa dimiliki dan dipraktikkan oleh seorang murid.
6. “Suci Hati” (Mat.5:8).
Kata “suci” disini berarti “tidak ada campuran” (murni), tulus dan tidak munafik.
Kesucian ini bukan saja menunjukkan kepada sesuatu yang bersifat “internal” melainkan juga
yang bersifat “eksternal”, karena apa yang nampak dalam aspek eksternal sesungguhnya lahir
dari dalam hati dan pikiran seseorang (internal). Segala aspek hidup baik luar dan dalam, pribadi
dan umum seharusnya “transparan” di hadapan Allah dan manusia. Beberapa aspek yang perlu
menjadi perhatian al: aspek penyembahan (I Pet. 3:15a; Kel. 20:3-4), aspek seksual (I Tes. 4:3-5;
Mat. 19:4-6; Mar. 10:11-12; Ibr. 13:4), aspek harta/uang (I Tim. 6:10; Ibr. 13:5) aspek perkataan
(Efe. 4:25,29).
7. “Membawa Damai” (Mat.5:9).
Membawa damai disini tidak sama dengan ”pencinta damai” (peace-lover) atau
“pemelihara damai” (peace-keeper) yang cenderung pasif. Sebaliknya orang yang membawa
damai adalah mereka yang “aktif masuk” dan “memulihkan” kembali situasi dan kondisi dimana
damai sudah retak atau hancur. Bisa juga disebut dengan “pendamai” (reconciler).
8. “Dianiaya oleh sebab Kebenaran” (Mat.5:10-12).
Ironis sekali bahwa murid Kristus dengan tanda-tanda yang positif justru harus
menghadapi penganiayaan, penghinaan, ejekan, dan penderitaan. Ini merupakan “harga” yang
harus dibayar oleh seorang murid yang mengikuti jejak gurunya. Seorang murid sudah
selayaknya meneladani gurunya yang juga mengalami penganiayaan dan penderitaan yang
puncaknya kematian diatas kayu salib.
Delapan karakter fondasi murid Kristus yang kita pelajari memberikan kita “jurang
pemisah” yang lebar antara seorang “murid Kristus” dengan “sekedar orang percaya”. Delapan
Sabda Bahagia dari Tuhan Yesus sesungguhnya menantang untuk mengambil keputusan yang
serius agar tidak sekedar hanya menjadi “orang percaya” yang tidak berani membayar harga.
Sebaliknya bertekad menjadi “murid Kristus” yang sejati, yang “berani tampil berbeda” di
tengah-tengah dunia yang bengkok, jahat dan sudah tidak memiliki ukuran moral yang absolut.
Selanjutnya diatas karakter fondasi inilah seorang murid Kristus akan mendirikan
“bangunan kehidupan dan pelayanannya” yang sesuai dengan panggilan dan kehendak Allah.

Tidak ada komentar: