Selasa, 26 Oktober 2010

Yesus Sebagai Nabi


Allah Trinitas yang membawa kita kembali untuk mengambil bagian di dalam kehidupan Ilahi-Nya. Jika kita berpusat kepada misi Allah Putera, terdapat banyak cara untuk menjabarkan maksud kedatangan Kristus ke dunia. Kitab Suci menggunakan banyak penggambaran. Ia telah datang untuk menyelamatkan atau membebaskan apa yang tadinya terikat perbudakan, untuk menemukan yang hilang, untuk memperdamaikan dengan Allah Bapa mereka yang telah terpisah dari-Nya oleh karena dosa, untuk membersihkan atau memurnikan kita dari dosa, untuk membawa terang kepada dunia yang penuh kegelapan, untuk memberikan hidup dan mengalahkan maut. Karena tindakan-tindakan-Nya yang menyelamatkan dan oleh rahmat-Nya, kita beralih dari keadaan tersesat menjadi ditemukan, dari terasing menjadi berada di dalam persekutuan, dari kematian ke dalam kehidupan, dari kegelapan menuju terang, dari ketidakmurnian menjadi dimurnikan. Satu kata merangkum semua ekspresi dan penggambaran ini: kekudusan. Kristus datang untuk menjadikan kita kudus. Ia datang untuk memungkinkan kita mengambil bagian di dalam kehidupan Tuhan sendiri, yang di dalam Alkitab dikatakan kudus.
Yesus menyelesaikan penyelamatan kita dengan bertindak sebagai seorang Nabi. Misi-Nya untuk membawa kita ke dalam persekutuan dengan Tuhan dipenuhi melalui yang dikerjakan-Nya sebagai Nabi. Sebagai Nabi, Yesus menyatakan kebenaran kepada kita. Sebagai gambaran Allah, kita diciptakan untuk kebenaran. Untuk menaati kebenaran adalah martabat kita. Kita selalu membutuhkan kebenaran sebab karena dosa kita telah diperbudak oleh tipuan Iblis dan dihalangi oleh ketidaktahuan/ kebodohan. Oleh karena itu, Yesus mengajarkan bahwa kebenaran memerdekakan kita (Yoh 8:32), dan kematian-Nya adalah saksi kebenaran tersebut (Yoh 8:40; 18:37) tentang Tuhan yang adalah Kasih dan Kebenaran tentang kita. Kebenaran memampukan kita untuk mengambil bagian di dalam kurban Kristus dalam cara yang sungguh-sungguh manusiawi, disengaja, dan dengan penuh kesadaran. Jabatan/ tugas kenabian mengarah dan melayani tugas ke- imamat-an.[1]
Yesus sebagai Nabi menyatakan dengan sempurna segenap kebenaran Allah. Ia telah menyatakan kehendak Allah tentang rencana penyelamatan manusia. Ia berkata-kata sebagai seorang yang memiliki kuasa (Mat 7:28,29). Tuhan Yesus telah mengenapkan pekerjaan-Nya sebagai Nabi dengan cara :
a.      Melalui perkataan-Nya yang penuh hikmat (Mat 5:2; 7:28,29; Yoh 6:63; Why 1:10,11)
b.      Melalui perbuatan-Nya yang ajaib (Yoh 5:36; 10:25; 15:24; Kis 2:22)
c.       Melalui teladan yang sempurna. ( Yoh 13:15; 1 Ptr 2:21-23)
d.      Menubuatkan perkara-perkara yang akan terjadi. (Mat 24,25)[2]
Arti kedudukanNya ini diakui dan diungkapkan sendiri oleh Yesus (Markus 6:4, Lukas 4:24 dan Lukas 13:33 dab). Gelar-gelar ‘Guru’ dan ‘Nabi’ pada diriNya tidak membedakan Yesus dengan para guru dan nabi sezamanNya, juga dari para pemimpin agama Yahudi maupun kelompok pemimpin gereja perdana (umpamanya di Kisah 13:1). Walaupun tentu wajar apabila gereja perdana menuntut bahwa Yesus-lah Guru dan Nabi par excellence – yang paling unggul. Secara singkat, dalam perjanjian lama, seorang yang digelari "nabi" (Ibrani,  נביא - NAVI') digelari juga sebagai "pelihat" (Ibrani,  הראה - HARO'EH). Istilah pelihat ini lebih secara jelas menunjukkan karakteristik seorang nabi. Yaitu seseorang yang mendapat pengelihatan dan mendengar suara Allah dan diutus untuk menyampaikannya kepada umat. Kemampuan ini merupakan suatu karunia yang disebut karunia kenabian.[3]
Tapi mungkin juga bahwa dalam beberapa istilah Nabi dipakai dalam arti istimewa. Pengharapan Yahudi menanti-nantikan kedatangan Elia, atau seorang seperti dia, untuk menandakan akhir zaman, justru mereka mengamati apakah Nabi Yahya (Yohanes Pembabtis) atau Yesus bisa disamakan dengan yang disebut nabi terakhir atau nabi zaman eskatologi (bandingkan dengan Yohanes 1:21,25) itu. Jelas ada kekacauan mengenai soal ini, sebab sementara Nabi Yahya menyangkal bahwa dialah nabi itu, Yesus menyatakan bahwa Nabi Yahya adalah Elia (Matius 17:12 dab). Namun kekacauan itu akan hilang jika Yohanes 1:21,25 diartikan mengacu kepada nabi terakhir seperti Musa (Ulangan 18:15-19). Bahkan pada awal mula pelayanan Yesus, kitab Yesaya-lah yang dibacakan Yesus di sebuah Rumah-Ibadah. Yesus mengutip Yesaya 29:18 dab, Yesaya 35:5 dan Yesaya 61:1 untuk menjelaskan pekerjaanNya sendiri, Disitu Yesus memilih membaca Kitab Yesaya dimana terdapat ayat-ayat istimewa yang menubuatkan tentang diriNya.
Yesus Kristus juga dipandang sebagai seorang nabi, namun Dia sendiri tidak menuntut gelar itu; Dia lebih senang bertindak sebagai nabi. Ia mencela ekses-ekses yang dilakukan oleh para pemuka Yahudi dan para pemimpin agama orang Yahudi, Ia menyatakan makna tanda-tanda zaman serta menyatakan bahwa Ia harus berbagi nasib tragis nabi-nabi terdahulu sambil memberitahukan peranan-Nya yang unik. Namun Ia juga menempatkan diri-Nya di atas para nabi, sebab Ia mewujudkan keselamatan dan mengucapkan firman berdasarkan wewenang-Nya sendiri.
Tugas kenabian juga tidak hanya bernubuat atau hal hal yang supranatural saja, berkotbah / menyampaikan Firman Tuhan  juga termasuk. Yesus sebagai Nabi merupakan gelar memiliki peran penting untuk menyambung lidah Allah untuk membawa umat Tuhan mengerti keselamatan.


[1] Benny Santoso, Yesus sebagai Imam dan Nabi (JAKARTA; Tabernacle Family,mei.2003)
[2] Robert R Boehlke. Siapakah Yesus SebenarNya (Jakarta :BPK Gunung Mulia, 1988) hal. 105-108 
[3] Sarapan Pagi Biblika (Jakarta;2006)

Tidak ada komentar: